Keuntungan dan Konsekuensi Solo Hiking
Percayalah, mendaki sendirian atau solo hiking tidak segetir atau seseram yang Anda bayangkan. Buat sebagian orang, mendaki sendirian mungkin adalah keterpaksaan. Namun bagi saya, mendaki sendirian adalah pilihan.
Mengapa mendaki sendirian adalah pilihan? Karena mendaki sendirian menawarkan kemewahan-kemewahan yang tidak didapatkan ketika mendaki bersama orang lain. Tapi niscaya, ada ‘harga’ yang harus dibayar untuk membeli kemewahan itu. Itulah alasan terkadang memilih mendaki sendirian, atau terkadang bersama teman.
Tidak ada yang absolut. Meski sedang ketagihan mendaki sendirian, kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa pertimbangan yang membuat lebih memilih mendaki bersama teman. Di guratan ini, ada keuntungan dan konsekuensi ketika melakukan pendakian solo.
Keuntungan
Hal terpenting, bebas menyusun rencana perjalanan hingga ke bagian terkecil. Dapat menentukan semuanya: mulai dari tempat tujuan pendakian, tanggal pendakian, moda transportasi, jalur atau rute pendakian, hingga menu makan selama berada di jalur pendakian.
Dapat fleksibel mengubah rencana pendakian. Misalnya, untuk memutuskan menginap dahulu semalam di basecamp, agar bisa memulai pendakian pada pagi hari. Kita juga dapat mengganti rencana lokasi nge-camp ke pos yang lebih jauh, karena masih bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Jika mendaki bersama orang lain, apalagi dalam jumlah besar, mengubah rencana pendakian tidak akan semudah itu.
Selain itu kita dapat berjalan sesuai kecepatan dan ritme sendiri. Dapat beristirahat lebih lama untuk memotret atau beristirahat, atau turun berlari.
Sementara sepi dan tenang adalah kemewahan yang juga saya nikmati ketika mendaki sendirian. Mendaki sendirian benar-benar memberi ruang privat untuk menikmati waktu dan suasana. Kita punya banyak kesempatan untuk menikmati ketenangan.
Konsekuensi
Semua persiapan dilakukan secara mandiri. Harus merencanakan, mencari informasi, menyiapkan logistik dan perlengkapan pendakian dengan matang. Membawa beban pendakian, membangun tenda, dan memasak—juga yang tidak kalah penting, memotret diri sendiri seperti pada foto di bawah ini—seorang diri.
Resiko bahaya lebih besar. Kemungkinan sakit atau cidera bisa menghampiri kapan pun, baik ketika mendaki sendiri atau sekampung. Namun, ketika sendirian, orang yang bisa membantu hanyalah diri sendiri. Pastikan safety ya.
Mudah merasa bosan dan kesepian. Sendirian itu tidak seindah yang kita bayangkan. Awalnya, mungkin kita akan berpikir tidak akan benar-benar sendirian di jalur pendakian. Salah! Bertemu dengan pendaki lain hanyalah peruntungan.
Pengeluaran yang jauh lebih besar, karena beban ditanggung sendiri. Beberapa pos pengeluaran yang bersifat individu, misalnya tiket kereta api, tentu tidak akan terpengaruh. Namun, apabila harus menyambung perjalanan dengan menyewa kendaraan, pendakian seorang diri akan menjadi beban lebih tinggi.
Mengapa mendaki sendirian adalah pilihan? Karena mendaki sendirian menawarkan kemewahan-kemewahan yang tidak didapatkan ketika mendaki bersama orang lain. Tapi niscaya, ada ‘harga’ yang harus dibayar untuk membeli kemewahan itu. Itulah alasan terkadang memilih mendaki sendirian, atau terkadang bersama teman.
Tidak ada yang absolut. Meski sedang ketagihan mendaki sendirian, kita tidak menutup mata bahwa ada beberapa pertimbangan yang membuat lebih memilih mendaki bersama teman. Di guratan ini, ada keuntungan dan konsekuensi ketika melakukan pendakian solo.
Keuntungan
Hal terpenting, bebas menyusun rencana perjalanan hingga ke bagian terkecil. Dapat menentukan semuanya: mulai dari tempat tujuan pendakian, tanggal pendakian, moda transportasi, jalur atau rute pendakian, hingga menu makan selama berada di jalur pendakian.
Dapat fleksibel mengubah rencana pendakian. Misalnya, untuk memutuskan menginap dahulu semalam di basecamp, agar bisa memulai pendakian pada pagi hari. Kita juga dapat mengganti rencana lokasi nge-camp ke pos yang lebih jauh, karena masih bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Jika mendaki bersama orang lain, apalagi dalam jumlah besar, mengubah rencana pendakian tidak akan semudah itu.
Selain itu kita dapat berjalan sesuai kecepatan dan ritme sendiri. Dapat beristirahat lebih lama untuk memotret atau beristirahat, atau turun berlari.
Sementara sepi dan tenang adalah kemewahan yang juga saya nikmati ketika mendaki sendirian. Mendaki sendirian benar-benar memberi ruang privat untuk menikmati waktu dan suasana. Kita punya banyak kesempatan untuk menikmati ketenangan.
Konsekuensi
Semua persiapan dilakukan secara mandiri. Harus merencanakan, mencari informasi, menyiapkan logistik dan perlengkapan pendakian dengan matang. Membawa beban pendakian, membangun tenda, dan memasak—juga yang tidak kalah penting, memotret diri sendiri seperti pada foto di bawah ini—seorang diri.
Resiko bahaya lebih besar. Kemungkinan sakit atau cidera bisa menghampiri kapan pun, baik ketika mendaki sendiri atau sekampung. Namun, ketika sendirian, orang yang bisa membantu hanyalah diri sendiri. Pastikan safety ya.
Mudah merasa bosan dan kesepian. Sendirian itu tidak seindah yang kita bayangkan. Awalnya, mungkin kita akan berpikir tidak akan benar-benar sendirian di jalur pendakian. Salah! Bertemu dengan pendaki lain hanyalah peruntungan.
Pengeluaran yang jauh lebih besar, karena beban ditanggung sendiri. Beberapa pos pengeluaran yang bersifat individu, misalnya tiket kereta api, tentu tidak akan terpengaruh. Namun, apabila harus menyambung perjalanan dengan menyewa kendaraan, pendakian seorang diri akan menjadi beban lebih tinggi.